Stasiun Kereta Api Kejaksan Cirebon, Objek Wisata Sejarah yang Memiliki Keunikan dan Daya Pikat Tersendiri
Tidak hanya sebagai bagian dari sistem pengoperasian kereta api, Stasiun Kejaksan Cirebon juga memiliki keunikan dan daya pikat tersendiri. Stasiun terbesar di Daerah Operasi 3 PT Kereta Api Indonesia itu terletak di dataran rendah, dekat dengan pantai, atau hanya berada di ketinggian 4 meter di atas permukaan laut. Selain itu, bentuk bangunannya yang indah membuat stasiun ini kerap dijadikan objek foto serta wisata sejarah.
Berdirinya Stasiun Kejaksan Cirebon tidak lepas dari kebutuhan untuk mengangkut hasil panen. Sejak pabrik pengolahan tebu pertama kali didirikan pada 1813 di Tegal, industri gula yang berkembang terus menyebar hingga ke wilayah Cirebon. Dua dekade kemudian, Cirebon sudah menjadi salah satu sentra perkebunan gula di Jawa. Mulanya, untuk membawa hasil panen menuju pabrik gula, digunakan jalan rel dengan memanfaatkan hewan ternak untuk menarik angkutannya. Baru pada 1911, perusahaan kereta api negara Staatspoorwegen (SS) mengembangkan eksploitasi rel kereta apinya di Cirebon.
Jalur kereta api Cikampek-Cirebon kelar dibangun pada 3 Juni 1912 yang menjadi bagian dari pembangunan jalur kereta api Purwokerto-Kroya. Jalur menuju Cirebon difungsikan untuk menghubungkan jalur SS dengan jalur Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Pada 1 November 1914, kedua stasiun tersebut berhasil terhubung.
Stasiun Kejaksan Cirebon selesai dibangun tahun 1920. Perancangnya adalah Pieter Adriaan Jacobus Moojen. Ia memadukan gaya arsitektur Art Nouveau dan Art Deco, yang ditunjukkan oleh bentuk fasad simetris dengan menjadikan bagian tengah bangunan lebih tinggi sehingga terlihat mencolok dan menjadi pusat perhatian. Bangunannya juga terletak tegak lurus terhadap jalan masuk sehingga menampilkan kesan monumental.
Bangunan bagian tengah Stasiun Cirebon terdiri atas dua menara dengan atap berbentuk piramida yang mengapit sebuah bagian gedung utama. Pada zaman kolonial, pelayanan penumpang dan barang masih dalam satu stasiun, tetapi dipisahkan oleh dua loket yakni, di bagian kiri khusus penumpang dan sebelah kanan untuk bagasi. Oleh karena itu, pada bagian depan dua menara tersebut pernah dipasang tulisan "KAARTJES" (karcis) di sebelah kiri dan "BAGAGE (bagasi) di sebelah kanan.
Meskipun pernah beberapa kali mengalami renovasi, bentuk bangunannya masih seperti ketika awal berdiri. Tahun 2011 Stasiun Cirebon direnovasi dengan menambah tinggi peron stasiun dan memperbanyak jalur dan fasilitas yang tersedia. Disamping itu, tempat percabangan jalur mengarah ke Purwokerto-Kroya dipindahkan dari awalnya di Stasiun Cirebon jadi di Stasiun Prujakan.
Stasiun Cirebon semakin terlihat menarik setelah pada 2014 ditambahkan sentuhan modern yakni ruang tunggu yang nyaman dengan konsep lounge. [Fitrah Ardiansyah/PRM/0704-2019]
Lokasi : Jalan Stasiun No 6, Kejaksan, Kota Cirebon
Tahun berdiri : 1920
Arsitek : Pieter Adriaan Jacobus Moojen
Arsitektur : Art Nouveau dan Art Deco