Konsistensi Berbisnis Sambil Kuliah Ala Gabriel Susanto, Pendiri Wherebygoods
SerambiBisnis.com - Siapa yang sangka bahwa berbisnis gelang akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit? Dengan motivasi utama menyediakan gelang yang sedang terkenal di luar negeri dalam harga yang terjangkau, Gabriel Susanto kini meraup uang puluhan juta rupiah setiap bulannya.
Wherebygoods, bisnis gelang yang dijalani Gabriel bersama rekannya, Wren, dirintis sejak November 2013. Nama Wherebygoods sendiri tercipta karena tidak disengaja. Nama itu diambil dari nama partnernya, Wren dan ia bernama Gabriel. Mereka gabungkan saja jadi Whereby.
Awal mula merintis Wherebygoods adalah ketika melihat tren di luar negeri. Kala itu, hook bracelet dan anchor bracelet banyak dipakai anak muda di luar sana. Tetapi, hook dan anchor bracelet yang dipasarkan di Indonesia itu mahal. Oleh karenanya, ia punya tekad membuat sebuah tren baru di kalangan anak muda dengan membuat hook bracelet dan anchor bracelet dengan banderol yang lebih murah.
Gelang seperti itu memang belum begitu marak di Indonesia saat itu. Mereka mau memperkenalkan gelang seperti ini dengan harga yang lebih terjangkau di pasaran.
Pada saat awal merintis bisnis ini, ia menemukan kesulitan dalam hal pemasaran produk. Dua tahun yang lalu, belanja secara online masih belum menjadi sebuah tren. Bisnis online juga masih menjadi sebuah hal yang tabu. Banyak orang yang takut ditipu kalau belanja online. Maka dari itu, ia mengandalkan strategi pemasaran dari mulut ke mulut dan gencar menggunakan sosial media, seperti Facebook dan Kaskus. Kebetulan ia sudah menggunakan kaskus dari lama. Jadi pas masuk ke forum jual beli tidak terlalu susah untuk memasarkan produk.
Ia pun merasa sangat terbantu dengan hadirnya sosial media seperti Instagram. Sebab, ia dapat menjaring konsumen baru hanya dengan mengunggah foto-foto produk Wherebygoods. Mereka mem-branding produk ini sebagai gelang yang profesional, tidak seperti yang dijual di pasar. Sekarang mereka mengiklankan produk melalui Instagram. Jadi, mereka foto gelang yang mereka jual ala-ala OOTD (Outfit of The Day), tidak difoto secara ecek-ecek. Mereka juga meminta pembeli gelang untuk foto gelang mereka agar terlihat mewah dan worth buying.
Tak Anggap Sepele
Saat ingin memulai bisnis gelang, pria kelahiran Jakarta, 26 Oktober 1993 itu di-support oleh orang tuanya. Ia mengaku tak ada pertentangan dari keluarga. Bahkan, keluarganya sering menanyakan perkembangan bisnis dan membagikan saran untuk penjualan produknya.
Dari awal ia bilang ingin berbisnis gelang, keluarga dan teman-teman selalu memberikan dukungan. Sudah kenal bagaimana mencari uang sembari kuliah, tak jarang Gabriel bermalas - malasan mengerjakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Kalau disuruh mengerjakan tugas, apalagi ia anak DKV yang tugasnya tidak sedikit, pasti jadi malas-malasan dalam mengerjakannya, tapi balik lagi ingat motivasi awal saat kuliah. Demi masa depan juga karena ia tidak bisa bergantung ke bisnis yang ia rintis saja.
Meski begitu, ia mengaku masih bisa mengatur waktunya dengan baik. Sebab, Gabriel berperan dalam proses produksi, sehingga tidak mengganggu jadwal kuliah. Menurutnya, di balik kesibukan berbisnis sambil kuliah bisa membuat mata mahasiswa 'lebih terbuka' dalam menghadapi realita. Punya bekal sehingga siap untuk menghadapi betapa kejamnya dunia luar bila dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya berkutat di dunia kampus.
Adapun keuntungan lain yang diperoleh, yakni mendapat tambahan uang jajan. Meski memperoleh penghasilan sendiri, ia tidak menganggap bahwa bisnis adalah hal yang sepele. Mahasiswa yang juga ingin merintis bisnis sebaiknya tidak menganggap bahwa berbisnis adalah suatu hal yang gampang.
Bisnis itu bukan hal yang main-main, tidak mudah menjalani sebuah bisnis karena harus dipikirkan secara masak-masak. Jangan mudah juga percaya sama omongan orang lain karena dunia bisnis itu kejam, banyak tipu-menipu. Tanya juga pendapat dari orang-orang terdekat dan perbanyak riset.