Kampung Pulo, Kampung Adat di Garut yang Unik dan Historis
SerambiBisnis.com - Kampung Pulo merupakan kampung adat yang terletak di pulau mungil di tengah Situ Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Berada di areal seluas 150 hektare, Kampung Pulo hanya memiliki enam rumah panggung dan satu musala. Selain memiliki keunikan berupa adat istiadat serta jumlah rumah yang tidak pemah berkurang dan bertambah sejak didirikan. Kampung Pulo juga memiliki nilai historis sebagai tempat penyebaran pertama agama Islam di wilayah Cangkuang.
Mulanya, mayoritas penduduk di sekitar Cangkuang memeluk agama Hindu. Dibuktikan dengan peninggalan candi dan patung Dewa Siwa yang diperkirakan berasal dari abad ke-8. Artefak-artefak di situs Candi Cangkuang ditemukan oleh arkeolog Uka Tjandrasasmita pada 1966. Penelitian dilakukan berdasarkan laporan dalam buku sejarah mengenai adanya area Siwa dan makam Muslim di bukit Kampung Pulo.
Persis di sebelah Candi Cangkuang, terdapat peninggalan peradaban Islam berupa makam yang diperkirakan berasal dari abad ke-17, yakni makam Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Pria yang dikenal pula dengan sebutan Syeh Syarif Muhammad itulah yang menyebarkan Islam di wilayah Cangkuang.
Embah Dalem Arief Muhammad adalah panglima perang asal Kerajaan Mataram. Sekitar akhir abad ke-17, ia diutus oleh Raja Mataram, Sultan Agung, untuk melawan VOC di Batavia. Namun, karena kalah dan takut mendapatkan sanksi apabila pulang ke Mataram, Embah Dalem Arief Muhammad memutuskan untuk bersembunyi di Cangkuang. Versi lain menyebutkan, Embah Dalem Arief Muhammad tidak melaksanakan perintah Sultan Agung, tetapi lebih memilih singgah di Bukit Cangkuang.
Embah Dalem Arief Muhammad melakukan syiar Islam secara damai. Ia pun mendirikan perkampungan yang kini dikenal dengan Kampung Pulo. Bersama para santrinya, Embah Dalem Arief Muhammad membuat tiga situ, membangun lahan pertanian, hutan lindung, dan irigasi. Situ, sawah, dan hutan dipergunakan sebagai mata pencaharian dan sarana perjuangan dakwah bagi para santri. Kini, peninggalan Embah Dalem Arief Muhammad dapat dilihat di museum kecil di kawasan wisata Situ Cangkuang.
Penduduk Kampung Pulo merupakan keturunan dari almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Sejak abad ke-17 hingga sekarang, kampung itu terdiri atas enam rumah dan satu musala. Rumah-rumah tersebut diperuntukkan bagi anak perempuannya. Musala untuk satu-satunya anak laki-laki. Saat ini, Kampung Pulo ditempati oleh generasi kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh keturunan Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Penduduknya berjumlah 23 orang, terdiri atas 10 perempuan dan 13 laki-laki.
Kampung Pulo menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kawasan wisata Situ Cangkuang. Sebagai destinasi wisata, kawasan Cangkuang terbilang lengkap, memiliki wisata alam berupa danau, wisata sejarah berupa candi dan museum, serta wisata budaya berupa kampung adat. (Fitrah Ardiansyah/PRM/08092019)