Supriyono, Petani Koi Asal Jawa Timur Ubah Hobi Jadi Bisnis
SerambiBisnis.com - Pecahnya rekor dunia peserta kontes ikan hias jenis koi terbanyak lewat acara All Indonesia Koi Show 20th Anniversary Zen Nippon Airinkai (ZNA) Bandung Chapter 2019, tak bisa dilepaskan dari sosok petani koi asal Jawa Timur, Supriyono. Dari kampung halamannya di Tulungagung, Supriyono total mengangkut 2.317 koi ke Kota Bandung.
Hobi jadi bisnis
Sebelum mendirikan koi farm, ia hanya terpikat pada keindahan koi. Warnanya cantik dengan corak tubuh yang beragam. Berangkat dari situ, ia mulai tertarik mempelajari lebih dalam mengenai usaha koi. Ternyata cocok sekali untuk bisnis karena harganya cukup mahal, terutama kalau kualitas dan ukurannya bagus.
Setiap dua hari, Supriyono memanen benih koi di farm miliknya. Ikan-ikan koi yang dimilikinya banyak dipesan pehobi koi di berbagai daerah di Indonesia. Supriyono mengklaim, firm koi miliknya menjadi yang terbesar di Tulungagung, bahkan di Indonesia. Hal itu tak lepas dari keberadaan pehobi koi yang kian masif di tanah air.
Perawatan yang dilakukan dalam memelihara koi tidak seperti pemeliharaan yang dilakukan pada ikan hias lainnya. Keindahan pola, warna, dan bentuk tubuh koi berkualitas juara didapatkan dari tiga hal, yaitu bibit koi, kondisi air, serta makanan.
Dia berpesan, selain menjadi hobi, memulai bisnis koi juga sangat menjanjikan. Untuk petani pemula, yang penting jangan cepat menyerah untuk terus belajar mengenai koi.
Berawal dari Jepang
Di tanah air, pamor koi yang terus bersinar tak bisa dilepaskan dari kiprah komunitas ZNA Bandung Chapter. Komunitas pehobi koi ini dibentuk di Bandung pada medio September 1999.
Pada awalnya, ZNA adalah kumpulan penggemar koi di kawasan barat Jepang yang didirikan pada 1966. Namanya pada mulanya adalah Western Nippon Airinkai. Semakin banyaknya pehobi yang bergabung dari negara lain, membuat komunitas ikan koi tertua di dunia ini tak hanya eksis di negeri sakura.
Di Bandung, pembentukan ZNA dimotori Edi Sukamto dan Wahyudi Gandasasmita. Pada 5 September 2011, tongkat kepemimpinan berpindah ke tangan Hartono Soekwanto. Anggotanya kini menembus angka ratusan orang dan tidak hanya berasal dari Bandung.
Beberapa kali, mereka mendonasikan sejumlah telur yang berasal dari garis keturunan ikan koi kelas dunia kepada petani koi lokal. Ketika peternak koi lokal memiliki telur hasil turunan ikan koi anakan kelas dunia, diharapkan kualitas koi di kalangan petani lokal bisa naik kelas.
Pada akhirnya, diharapkan bisa memberikan nilai tambah tersendiri kepada petani lokal yang selama ini kesulitan mendapatkan bibit unggul berupa anakan juara dunia karena harganya yang tak terjangkau petani skala rakyat. [Endah Asih/PRM/22092019]